Ebook format pdf
Penulis: Pandir Kelana
Penulis: Pandir Kelana
Revolusi kemerdekaan Indonesia tidak hanya melibatkan pemuda-pemuda pejuang saja, akan tetapi juga seluruh lapisan masyarakat Itulah nampaknya yang hendak diungkapkan oleh Pandir Kelana.
Novel Ibu Sinder yang ada di tangan para pembaca sekarang ini, menceritakan perjalanan seorang wanita Ningrat, Ibu Sinder, yang buta aksara manakala hanya diukur dari penguasaan huruf Latin, namun sebenarnya wanita itu seorang sastrawat Jawa.
Pasang-surut kehidupannya bermula semenjak ia dinikahkan dengan seorang sinder— pengawas sebuah perkebunan di zaman Helanda. Suratan nasib akhirnya membawanya ke lingkungan "wanita sesat jalan” di kampung Balokan, Yogyakarta.
Di tempat itulah para pembaca akan menemukan, seorang ibu, hasil didikan tradisional lingkungan keraton Jawa, yang kuat pribadinya, tinggi rasa kemanusiaannya, serta tulus sikap kerakyatannya, dan seorang wanita pejuang yang berjuang dengan jalan dan caranya sendiri.
Mungkin para pembaca akan bertanya-tanya, apakah Ibu Sinder hanya tokoh fiktif belaka, ataukah keberadaannya memang benar-benar nyata? Yang bisa menjawabnya hanya si penulis sendiri, Pandir Kelana.
Novel Ibu Sinder yang ada di tangan para pembaca sekarang ini, menceritakan perjalanan seorang wanita Ningrat, Ibu Sinder, yang buta aksara manakala hanya diukur dari penguasaan huruf Latin, namun sebenarnya wanita itu seorang sastrawat Jawa.
Pasang-surut kehidupannya bermula semenjak ia dinikahkan dengan seorang sinder— pengawas sebuah perkebunan di zaman Helanda. Suratan nasib akhirnya membawanya ke lingkungan "wanita sesat jalan” di kampung Balokan, Yogyakarta.
Di tempat itulah para pembaca akan menemukan, seorang ibu, hasil didikan tradisional lingkungan keraton Jawa, yang kuat pribadinya, tinggi rasa kemanusiaannya, serta tulus sikap kerakyatannya, dan seorang wanita pejuang yang berjuang dengan jalan dan caranya sendiri.
Mungkin para pembaca akan bertanya-tanya, apakah Ibu Sinder hanya tokoh fiktif belaka, ataukah keberadaannya memang benar-benar nyata? Yang bisa menjawabnya hanya si penulis sendiri, Pandir Kelana.
0 komentar:
Posting Komentar